简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Pasar mencermati hasil NFP akhir pekan yang melebihi estimasi dan sikap dovish beberapa bank sentral global. Data angka inflasi, termasuk rilis inflasi (CPI) AS pada minggu mendatang, menjadi fokus untuk prediksi pengetatan moneter nantinya.
Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
Pasar mencermati hasil NFP akhir pekan yang melebihi estimasi dan sikap dovish beberapa bank sentral global.
Data angka inflasi, termasuk rilis inflasi (CPI) AS pada minggu mendatang, menjadi fokus untuk prediksi pengetatan moneter nantinya.
Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 249.8 juta orang terinfeksi di dunia dan 5 juta orang meninggal, dan menyebar ke 220 negara dan teritori.
Pasar saham dunia terpantau bias menguat, harga emas rebound, dan US dollar fluktuatif menguat.
Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona dan prospek pemulihan ekonomi dunia akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Global Market Review and Outlook 8-12 November 2021.
===
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara mingguan kembali menguat oleh data tenaga kerja NFP yang melebih estimasi, sempat mencapai level 1 tahun lebih tertingginya namun langsung terkoreksi, di mana indeks dolar AS secara mingguan berakhir menguat terbatas ke 94.21. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau naik tipis ke 1.1568. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1692 dan kemudian 1.1750, sementara support pada 1.1513 dan 1.1402.
Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.3494 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3804 dan kemudian 1.3982, sedangkan support pada 1.3411 dan 1.3188. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir turun ke level 113.38. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 114.70 dan 115.50, serta support pada 111.51 serta level 110.82. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7398. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7555 dan 0.7601, sementara support level di 0.7222 dan 0.7106.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum mixed di antara berita saham sektor property kawasan China yang memimpin loss bursa, serta Wall Street yang rally mencetak rekor. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 29,612. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 29,880 dan 30,415, sementara support pada level 28,472 dan 27,893. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 24,870. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26,560 dan 26,878, sementara support di 23,681 dan 23,235.
Bursa saham Wall Street minggu lalu berakhir menguat di rally minggu kelimanya serta kompak mencetak rekor tertinggi baru mereka oleh data tenaga kerja yang solid dan Pfizer yang mengumumkan terapi Covid-19 terbaru yang mengangkat optimisme pemulihan ekonomi. Dow Jones secara mingguan menguat dalam rekor ke level 36,327.96, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 36,485 dan 37,500, sementara support di level 35,490 dan 35,024. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level rekor 4,693.8, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 4,720 dan 4,850, sementara support pada level 4,595 dan 4,435.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau rebound oleh naiknya permintaan logam mulia di tengah sikap dovish bank sentral global belakangan ini, sehingga harga emas spot secara mingguan menguat ke level $1,818.17 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1827 dan berikut $1834, serta support pada $1758 dan $1677.
Di antara beragam ancaman risiko secara global dewasa ini, termasuk gelombang lanjutan atau ketiga pandemi virus yang dapat menghambat pemulihan, bisa terdapat pasar aset investasi yang bergerak rally, misalnya mata uang US dollar atau emas dalam semingguan ini. Itu sebabnya kalau ingin sukses di dunia investasi, jangan takut risiko. Risiko sudah jadi bagian inherent dari transaksi investasi, seperti dua sisi mata uang antara risk dan gain. Risiko tinggal dikelola.
Alfred Pakasi/VBN
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Investor terus memantau pelaksanaan risalah pertemuan FOMC dengan the Fed mungkin akan mulai melakukan tapering pada bulan ini. Pergerakan yields obligasi Treasury AS terus dicermati, yang terkoreksi dari uptrend 7 minggunya. Tingginya harga minyak mentah WTI berdampak kepada kekhawatiran pasar akan terjadinya stagflasi, ini terus dimonitor investor.
Musim pendapatan kuartal II dimulai minggu ini dari laporan JPMorgan Chase (NYSE:JPM) dan bank-bank besar lainnya. Tingkat inflasi AS akan diawasi dengan ketat sementara Federal Reserve akan menerbitkan risalah pertemuan kebijakan September, di mana para pejabat mengatakan akan mulai mengurangi stimulus pada akhir tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia akan memulai pertemuan tahunannya pada hari Senin, tetapi kontroversi mengenai kepala IMF Kristalina Georgieva telah membayangi proses tersebut. Di Inggris, rilis data akan memusatkan perhatian pada kesehatan ekonomi di tengah meningkatnya ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lantaran tekanan inflasi terus meningkat. Inilah yang perlu Anda ketahui untuk memulai minggu Anda.
Pengurangan stimulus atau tapering yang dilakukan Bank Sentral Amerika The Federal Reserve atau The Fed diprediksi tidak akan memberi dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dibanding sebelumnya.
Uni Eropa (UE) telah menyetujui dana darurat 5,4 miliar euro yang ditujukan untuk membantu bisnis mengatasi efek jangka pendek dari Brexit. Menurut Dewan Eropa, uang itu akan menutupi biaya tambahan dan mengkompensasi kerugian pasca-Brexit.