简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Ekonomi AS terkontraksi untuk kedua kalinya, dalam dua kuartal berturut-turut yang menunjukkan bahwa telah masuk ke resesi tehnikal. Sementara inflasi ke duanya telah mencapai ketinggian selama beberapa dekade yang baru pada bulan Juli. Namun kecenderungan bearish secara jangka panjang terhadap EUR/USD tetap utuh, dengan kerendahan beberapa tahun yang baru sudah nampak.
Minggu lalu, pasangan mata uang ini masih digerakkan oleh ketakutan akan resesi yang biasa dan keputusan mengenai kebijakan moneter yang terbaru dari Federal Reserve AS. Sementara data Eropa yang dirilis pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi tetap menajam pada permulaan dari kuartal ketiga dan akan berdampak negatip terhadap matauang bersama Eropa selama paruh pertama dari minggu lalu.
Pergerakan EUR/USD Minggu Lalu
Setelah dua minggu lalu berhasil naik dari 1.0085 ke 1.0214, EUR/USD pada minggu lalu tidak banyak berubah dengan pada hari Jumat di perdagangkan di sekitar 1.0226. Pada saat yang bersamaan, EUR/USD mengakhiri bulan kedua berturut-turut dengan kerugian yang besar, walaupun masih jauh dari kerendahan beberapa dekade di 0.9951. EUR/USD gagal memanfaatkan turunnya dollar AS secara signifikan setelah pertemuan FOMC the Fed dan keluarnya data GDP AS kuartal ke dua yang terkontraksi 0.9%. Kegagalan euro dalam memanfaatkan turunnya dollar AS disebabkan berbagai masalah yang terjadi di Eropa, dari krisis gas sampai kepada krisis politik di Itali dan ditambah dengan buruknya data makro ekonomi yang keluar dari Eropa.
Hari Senin, EUR/USD diperdagangkan naik ke atas 1.0200 di sekitar 1.0210. Pasangan matauang ini berhasil bangkit dengan turunnya dollar AS di tengah pergerakan yang positip terhadap resiko yang tiba-tiba datang. Para investor mengabaikan perlambatan ekonomi global dan data ekonomi IFO Jerman yang mengecewakan.
Minggu perdagangan yang baru dimulai dengan sentimen pasar yang “risk-off” karena fokus pasar masih kepada perlambatan ekonomi global. Ketakutan akan resesi global mendominasi pasar keuangan yang mengakibatkan dollar AS terus mengalami rally. Namun, menjelang memasuki jam perdagangan sesi AS, dollar AS kehilangan tenaganya. GBP/USD yang semula diperdagangkan turun sampai 1.0177 pada jam perdagangan sesi Asia, sempat naik ke sekitar 1.0240.
Keuntungan yang besar di pasar saham yang terjadi pada hari Senin membebani matauang AS di tengah laporan – laporan penghasilan perusahaan yang bagus. Indeks dollar AS turun ke 106.450.
Dari data ekonomi, Jerman mempublikasikan survey IFO Business Climate bulan Juli yang muncul lebih buruk daripada yang diantisipasikan, turun ke 88.6. Assesment terhadap situasi saat ini terkontraksi ke 97.7. Sementara itu, AS mempublikasikan Chicago Fed National Activity Index, yang terkontraksi lebih daripada yang diperkirakan menjadi – 0.19.
Hari Selasa, EUR/USD sempat jatuh ke 1.0115 di tengah krisis gas yang terjadi di Eropa dan ketakutan akan terjadinya resesi global. Data – data ekonomi AS yang keluar tidak mengesankan dan semakin bertambah dengan keluarnya data CB Consumer Confidence yang terkontraksi lebih daripada yang diperkirakan, turun untuk bulan ke tiga berturut-turut.
Conference Board AS melaporkan bahwa Consumer Confidence Index AS bulan Juli jatuh ke 95.7, turun dari angka bulan Juni di 98.7. Angka ini juga lebih rendah dari angka yang diperkirakan pasar di 97.3.
Penurunan tajam di dalam sentimen konsumen ini akan bisa berdampak besar terhadap konsumsi yang pada akhirnya akan membebani ekonomi AS sampai kepada akhir tahun.
Setelah keluar data Consumer Confidence Index AS bulan Juli, kekuatan dollar AS berkurang sehingga EUR/USD berhasil bangkit naik sedikit ke 1.0125.
EUR/USD turun dari batas ketinggian di 1.0200 dan sempat jatuh ke 1.0115 namun dalam jam perdagangan selanjutnya pada sesi AS, berhasil bangkit naik sedikit ke 1.0125. Kejatuhan EUR/USD terutama disebabkan naiknya dollar AS secara signifikan karena datangnya kembali keenganan terhadap resiko di pasar dengan keprihatinan akan potensi resesi terus mempengaruhi sentimen investor.
Yields obligasi pemerintah AS tetap jauh di bawah dari ke tinggian yang pernah dicapai pada waktu pasar dalam kepanikan, namun kurva yields obligasi pemerintah AS ini adalah yang paling besar inversi-nya sejak tahun 2000. Yields treasury AS 2 tahun berada pada 2.99% sementara yields treasury AS 10 tahun berada pada 2.81%. Kurva yang terinversi seperti ini biasanya adalah pertanda akan datangnya resesi.
Hari Rabu, EUR/USD mengumpulkan momentum bullish dan naik ke ketinggian harian yang baru di atas 1.0200 di sekitar 1.0204. Hasil pertemuan FOMC the Fed memutuskan untuk menaikkan tingkat bunganya sebesar 75 bps sebagaimana dengan yang telah diantisipasikan secara luas sebelumnya. Komentar ketua FOMC the Fed yang berhati-hati mengenai kenaikan tingkat bunga berikutnya memicu aksi jual beli terhadap dollar AS selama jam perdagangan sesi AS yang membawa indeks dollar AS turun ke bawah 106.50.
Lebih jauh lagi, bank sentral AS ini menegaskan komitmennya untuk menurunkan inflasi sambil memberikan catatan bahwa ekonomi AS tetap Tangguh. Powell juga mengatakan bahwa tidak ada yang bisa dikerjakan tanpa stabilitas harga yang menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan di bank sentral AS lebih prihatin mengenai inflasi yang sudah sangat panas daripada perlambatan kemajuan ekonomi.
Meskipun demikian, inflasi AS tetap membumbung tinggi dengan Personal Consumption Expenditures Price Index naik 6.80% YoY pada bulan Juni dari sebelumnya 6.3% pada bulan Mei, sementara angka inti melompat ke 4.8% pada periode yang sama.
Bangkitnya kembali pasangan matauang EUR/USD pada hari Rabu dibantu oleh bangkitnya kembali saham-saham AS di tengah laporan penghasilan perusahaan yang bagus yang menopang sentimen pasar yang positip. Pasangan matauang ini diperdagangkan naik ke 1.0171 menjelang keputusan kebijakan moneter dari FOMC Federal Reserve AS dan meneruskan kenaikannya sampai menembus 1.0200 setelah pengumuman keputusan disampaikan dan setelah konferensi pers ketua the Fed Jerome Powell.
Data dari Uni Eropa sebenarnya mengecewakan. Survey Gfk Jerman menunjukkan bahwa Consumer Confidence Jerman jatuh ke – 30.6 pada bulan Agustus dari bulan sebelumnya – 27.7. Sementara itu Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa order durable-goods AS meningkat 1.9% pada bulan lalu. Data yang keluar ini lebih baik daripada yang diperkirakan. Ekspektasi konsensus yang dikompilasikan oleh berbagai organisasi berita mengatakan durable goods akan terkontraksi sebesar 0.5%. Dan juga Wholesale Inventories pada bulan Juni hanya bertambah 1.9%, lebih baik daripada yang diperkirakan di 2%.
Hari Kamis, Setelah berada di bawah tekanan bearish yang terus menerus karena menguatnya USD, EUR/USD pada akhir dari paruh ke dua perdagangan hari Kamis EUR/USD berhasil naik ke atas 1.0150 dan diperdagangkan bertahan di sekitar 1.0156 dengan Dollar AS berbalik kembali melemah setelah munculnya data GDP AS kuartal ke dua yang lemah.
Sebelumnya, pasangan matauang EUR/USD mencapai puncaknya di 1.0233 pada hari Kamis setelah dollar AS melemah secara signifikan menyusul pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve AS. Pernyataan ketua FOMC Jerome Powell yang relatif dovish telah membebani dollar AS dengan berat dan mendorong naiknya permintaan terhadap assets dengan yield yang tinggi.
Namun, sentimen pasar yang bagus ini hanya berlangsung sebentar, khususnya bagi para pembeli EUR. Kekacauan di Uni Eropa membebani matauang euro bersamaan dengan buruknya data ekonomi yang keluar. Economic Sentiment Indicator Uni Eropa jatuh ke 99 pada bulan Juli, lebih buruk daripada yang diperkirakan 102. Sementara itu Consumer Confidence untuk bulan yang sama turun ke – 27 dari bulan sebelumnya di – 23.8. dan CPI tahunan muncul di 7.5%.
Sementara itu, AS mempublikasikan data makro ekonominya, GDP kuartal kedua yang meleset dari yang diperkirakan pasar. Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis mengatakan bahwa GDP AS jatuh 0.9% pada kuartal ke dua, lebih buruk dari perkiraan pasar yang mengatakan kenaikan sebesar 0.4%. Sementara itu, penurunan dalam aktifitas ekonomi AS di kuartal ke dua ini muncul setelah GDP AS kuartal pertama juga terkontraksi sebesar 1.6%.
Selain itu juga dipublikasikan Initial Jobless Claims muncul sebanyak 256.000 pada minggu yang berakhir tanggal 22 Juli, lebih buruk daripada yang diantisipasikan oleh pasar sebanyak 253.000.
Ekonomi AS terkontraksi untuk kedua kalinya, dalam dua kuartal berturut-turut yang menunjukkan bahwa telah masuk ke resesi tehnikal. Namun para pejabat otoritas AS baik Jerome Powell, Janet Yellen maupun Joe Biden menolak mengakui bahwa AS telah memasuki resesi tehnikal.
Hari Jumat, setelah tertekan turun ke kerendahan harian yang baru di 1.0145, pada jam perdagangan sesi AS pasangan matauang EUR/USD berhasil rebound ke atas 1.0200 di sekitar 1.0226.
Data yang dirilis dari Amerika Serikat pada hari Jumat menunjukkan kenaikan belanja konsumen yang lebih besar daripada yang diperkirakan, demikian juga dalam penghasilan pribadi. Pada saat yang sama, Core PCE menunjukkan bahwa inflasi tidaklah berkurang.
Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat mengatakan bahwa secara basis bulanan, indeks core Personal Consumption Expenditures (PCE) bertambah menjadi 0.6% pada bulan lalu. Data inflasi ini lebih tinggi daripada yang diperkirakan pasar kenaikan sebesar 0.5%. Secara basis tahunan core PCE meningkat 4.8% dari angka bulan sebelumnya di 4.7%.
Pada awalnya Yields AS naik namun kemudian menurun. Mendekati akhir minggu ini, yields treasury AS 10 tahun berada pada 2.63%, level terendah sejak bulan April.
Turunnya Yields AS membebani dollar AS yang menyebabkan indeks dollar AS kehilangan momentum dan turun. Dan pada gilirannya membuat pasangan matauang EUR/USD terdorong naik ke atas 1.0200.
Krisis di Eropa Semakin Dalam
Amerika Serikat telah masuk ke dalam resesi tehnikal. Uni Eropa keadaannya tidak lebih baik dari AS. Hal ini membuat EUR/USD tetap berada pada posisi yang di bawah bersama-sama dengan ketidak percayaan akan tangguhnya ekonomi AS. Perkiraan pendahuluan dari Consumer Price Index (CPI) Jerman pada bulan Juli menunjukkan kenaikan dari 8.2% di bulan Juni naik menjadi 8.5% YoY. Sementara itu GDP kuartal ke dua menunjukkan tidak adanya pertumbuhan ekonomi di dalam periode waktu 3 bulan sampai bulan Juni. Untuk keseluruhan Uni Eropa, Consumer Price Index naik membumbung ke ketinggian 8.9% selama beberapa dekade di bulan Juli.
Pada saat yang bersamaan, Rusia telah memangkas lebih jauh provisi gas alam ke Uni Eropa melalui pipa Nord Stream 1. Krisis energi di Eropa memburuk hari lepas hari, mendorong naik inflasi dan memangkas progres ekonomi.
Minggu Ini
Kalender makro ekonomi Eropa pada minggu ini relatip lebih ringan namun akan termasuk beberapa angka kunci yang bisa memberikan petunjuk lebih jauh akan bagaimana ekonomi keduanya, AS dan Uni Eropa berjalan.
Jerman dan Uni Eropa akan merilis data Penjualan Ritel bulan Juni, sementara S&P Global akan mempublikasikan PMI final bulan Juli untuk semua negara maju.
Pada hari Senin, AS akan mempublikasikan ISM Manufacturing PMI untuk bulan yang sama, yang diperkirakan akan muncul di 52, turun dari 53 di bulan Juni, dan ISM Services PMI yang diperkirakan akan muncul di 53.7 dari sebelumnya 55.3 di bulan Juni. Data PMI dari AS ini akan diamati dengan seksama terutama setelah keluarnya angka Preliminary dari S&P Global Manufacturing PMI yang buruk.
Pada hari Selasa, hanya muncul data JOLTS Job Opening dari AS.
Pada hari Rabu akan dipublikasikan ISM PMI Jasa AS selain data Factory Orders AS.
Pada hari Kamis, AS akan mempublikasikan data Jobless Claims mingguannya, yang semakin diperhatikan setelah klaim pengangguran terakhir muncul di level tertinggi dalam tahun ini, walaupun masih di bawah level kunci 300.000. Data pekerjaan AS yang memburuk bisa membuat ketua the Fed Jerome Powell berada pada titik yang sulit.
Minggu ini akan diakhiri dengan data AS yang kritikal yaitu laporan Non-Farm Payrolls AS, yang menjadi kunci untuk mengukur perkiraan pengetatan yang akan dilakukan oleh the Fed pada bulan – bulan yang akan datang. Diperkirakan AS akan menambah jumlah pekerjaan terbaru sebanyak 260.000 dalam satu bulan. Sementara tingkat pengangguran diperkirakan tetap stabil di 3.6%.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di 1.0183 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0166 dan kemudian 1.0120. “Resistance” terdekat menunggu di 1.0240 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0280 dan kemudian 1.0360.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.
Artikel ini telah tayang di vibiznews.com
https://www.vibiznews.com/2022/07/31/rekomendasi-eur-usd-mingguan-1-5-agustus-2022-bisakah-naik-ke-1-2500/
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Octa Markets Cyprus Ltd, broker internasional yang beroperasi sejak 2011, menerima penghargaan 'Broker Ramah Islam Terbaik Indonesia 2024' dari Finance Derivative atas komitmennya yang luar biasa dalam menyediakan layanan perdagangan sesuai Syariah di pasar Indonesia.
Berdasarkan pantauan terkini, telah teridentifikasi beberapa platform broker forex yang saat ini telah berubah statusnya menjadi ilegal. Hal ini lantaran aspek otorisasi/regulasi/lisensi telah dicabut oleh lembaga berwenang yang dieksekusi pada akhir November 2024.
VPR Safe Financial Group selaku operator broker forex Alvexo diwajibkan membayar denda sebesar 50.000 Euro atau setara lebih dari Rp 830 Juta akibat pelanggaran serius yang dilakukan terkait dengan Pembatasan Pemasaran, Distribusi dan Penjualan Kontrak untuk Perbedaan (CFD) kepada Klien Ritel.
Semakin bertambah ancaman kejahatan online di dunia perdagangan instrumen keuangan online. Terdeteksi adanya lima broker forex kategori penipu baru yang telah memakan korban. Muncul pula upaya improvisasi kriminal daring dengan modus platform duplikasi regulator per akhir November 2024.